Jumat, 22 Januari 2010

HAMBATAN INTERAKSI SOSIAL


“HAMBATAN INTERAKSI SOSIAL”
Di Panti Sosial Petirahan Anak Bima Sakti Batu

Fitriyana Fauziah, S.Psi

PENDAHULUAN

Pada zaman sekarang ini banyak sekali terjadi problem di negara ini, mulai dari kericuhan, demo, pertengkaran atau pertentangan antar individu atau kelompok, korupsi, sampai bencana alam yang menimpa kita. Memang dalam kenyataannya kita hidup dalam keadaan yang sehat, tapi hanya sehat jasmani, sesungguhnya mental kita belum tentu sehat. 
Banyak penyebab terganggunya kesehatan mental, dan penyebab ini sering kali kita rasakan, penyebabnya adalah perasaan, pikiran atau kecerdasan, kelakuan, dan kesehatan badan. Perasaan yang kita alami sehari-hari tentu tidak hanya gembira saja, kita juga merasakan rasa marah, rasa cemas, rendah diri, iri hati. Dalam kecerdasan atau pikiran, sering lupa dan kurang perhatian orang tua dapat mendukung kurang sehatnya mental kita, dan masih banyak lagi yang menyebabkan terganggunya mental.
Dalam makalah ini akan dipaparkan tentang terganggunya kesehatan mental pada perasaan rendah diri dan kurangnya perhatian orang tua, yang dapat mempengaruhi penyesuaian dirinya di sekolah maupun masyarakat. 
Tujuan dari studi kasus adalah untuk mengetahui sejauh mana seseorang itu dapat dikatakan sehat mentalnya, dan pemakalah melakukan studi kasus di Panti Asuhan Petirahan Anak (PSPA) Batu. Pemakalh mengambil klien yang bermasalah dalam perasaan. 


KAJIAN TEORI

Pengertian Kesehatan mental
Vailant (1976) berpendapat bahwa kesehatan mental atau psikologis itu ”as the presence of successful adjustment or the absence of psychopatology”. Yakni orang yang sehat itu berada dalam keadaan sehat atau sakit psikisnya. Sehat jika tidak terdapat sedikitpun gangguan psikisnya, dan jika ada gangguan psikis maka diklasifikasikan sebgai orang yang sakit. 
Dalam diri orang yang tidak sehat mentalnya terdapat beberapa gangguan yang diantara gangguan perasaan. Gangguan persasaan disebabkan oleh munculnya perasaan sebagai berikut:
 Rasa cemas dan gelisah, yakni perasaan yang tidak menentu atau panic.
 Iri hati yaitu seseorang yang tidak bias merasakan kebhagiaan hidup.
 Rasa sedih, seseorang ini selalu merasakan kesedihan yang dialaminya dan tidak mau bangkit dari kesedihannya itu.
 Rasa rendah diri dan hilangnya kepercayaan kepada diri. Rasa rendah diri ini membuat orang lekas tersinggung karena itu ia akan menjauhi pergaulan dengan orang banyak menyendiri tidak berani mengemukakan pendapat tidak berani bertindak atau mengambil inisiatif. Dalam pergaulan orang yang rendah diri akan kaku, kurang disenangi teman-temannya, mudah tersinggung dan tidak banyak ikut aktif dalam pergaulan dan pekerjaan.
 Marah adalah ungkapan dari rasa hati yang tidak enak akibat keinginan yang tidak dapat dicapainya.
Selain gangguan perasaan juga ada pengaruh kesehatan mental terhadap kelakuan yaitu ketidaktentraman hati atau kurang sehatnya mental yang mempengaruhi perilaku dan tindakan seseorang. Seseorang yang merasa tertekan gelisah akan mengatasi perasaan yang tidak enak itu dengan dengan jalan mengungkapkannya keluar.
Sikap orang tua terhadap anak juga akan mempengaruhi perilaku anak. Perlakuaan orang tua yang keras tidak banyak memperdulikan kepentingan anak, suka membandingkan dengan anak lain.

Penyesuaian Diri 
Gangguan jiwa (neurose) dan penyakit jiwa (psychose) disebabkan seseorang tidak mampu dalam menghadapi masalah-masalahnya dengan wajar, serta tidak sanggup menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri adalah sebagai berikut:
 Frustrasi 
Adalah suatu proses yang menyebabkan seseorang merasa ada hambatan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, atau menyangka bahwa akan terjadi sesuatu hal yang menghalangi keinginannya. 
Orang yang frustrasi dalam mencari kepuasan sering kali berangan-angan menjadi orang kaya, jutawan, atau hal yang diinginkan sehingga mereka dapat mengatasinya. Dengan demikian kepercayaan diri sendiri itu ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang dilalui sejak kecil. 
 Konflik 
Adalah terdapatnya dua macam dorongan atau lebih yang berlainan atau bertentangan satu sama lain, dan tidak mungkin dipenuhi dalam waktu yang sama. 
 Kecemasan (anxiety)
Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaandan pertentangan batin. Menurut Darajat(1996) ada beberapa cara untuk menghilangkan ketegangan batin yaitu dengan cara menghilangkan sebab-sebabnya, adapun cara-cara tersebut antara lain:

- Pembelaan
Adalah usaha yang dilakukan untuk mencari alasan-alasan yang masuk akal bagi tindakan yang sesungguhnya tidak masuk akal.
- Proyeksi
Adalah Melimpahkan sesuatu yang dialami dirinya kepada orang lain, terutama tindakan, fikiran, atau dorongan-dorongan yang tidak masuk akal. 
- Identifikasi
Adalah orang lain ikut merasakan sebagian dari tindakan atau sukses yang dicapai oleh seseorang. 
- Represi 
Adalah tekanan untuk melupakan hal-hal, dan keinginan-keinginan yang tidak disetujui oleh hati nuraninya, bias dikatakan suatu usaha untuk memelihara diri supaya tidak merasakan dorongan-dorongan yang tidak sesuai dengan hatinya. 
- Substitusi
Adalah pembelaan diri yang paling baik diantara cara-cara yang tidak disadari dalam menghadapi kesukaran. Dalam substitusi orang melakukan sesuatu, karena tujuan-tujuan baik, yang berbeda sama sekali dari tujuan asli yang mudah dapat diterima, dan berusaha mencapai sukses dalam hal itu. 



HASIL STUDI LAPANGAN

Diskripsi Lokasi
1. Nama Unit Kerja : Panti Sosial Petirahan Anak (PSPA) “Bima Sakti”
  Jl. Trunojoyo no.93 Batu
2. Uraian singkat :
Panti ini melaksanakan tugas pelayanan, penyantunan, rehabilitasi, penyaluran dan pembinaan lanjut bagi anak usia sekolah dasar (SD) bermasalah seperti :
a. Bandel, agresif sering menggangu teman, sering bertengkar, suka berkelahi, ingin menang sendiri.
b. Pendiam, pemalu, rendah diri, sering menyendiri, sering melamun.
c. Manja, malas, kurang bertanggungjawab, kurang mandiri.
d. Prestasi belajar rendah tetapi bukan lamban belajar, baca tulis kurang lancar, malas belajar.

Visi: Memberikan kontribusi nyata dalam menanggulangi masalah sosial melalui pelayanan sosial bagi anak sekolah dasar yang mengalami hambatan fungsi sosial menuju terwujudnya masyarakat yang berkeadilan sosial 
Misi: Malaksanakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak sekolah dasar yang bermasalah berdasarkan nilai spiritual, akademik dan profesi pekerjaan sosial dengan berbasis panti 
Mengembangkan pola pelayanan kesejahteraan sosial di dalam panti dan di luar panti guna ikut serta meningkatkan peran masyarakat terhadap pelayanan panti.

Tugas pokok dan fungsi PSPA(sesuai dengan perda no. 41 tahun 2001 
junto Kep. Gubernur No . 51 tahun 2003):
1. Pelaksanaan observasi, identifikasi dan seleksi penerimaan calon klien anak usia sekolah 
2. Pengungkapan dan pemahaman masalah anak usia sekolah dasar bermasalah 
3. Penyusunan rencana program rehailitasi anak usia sekolah dasar bermasalah 
4. Pelaksanaan bimbingan fisik, mental, intelegensia, penembangan kemampuan dan pemanapan sikap sosial.
5. Pelaksanaan penyaluran dan atau pengembalian kepada masyarakat/keluarga.
6. Pelaksanaan bimbingan dan konsultasi dengan orang tau anak usia sekolah dasar bermasalah.
7. Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan pelayanan 
8. Pelaksanaan tugas ketatausahaan.
9. Pelaksanaan tugas yang diberikan oleh kepala dinas.

Standard Pelayanan Panti
A. Standard Umum Panti Sosial 
 Sumber daya manusia (Jabata sturktural, Jabatan fungsional, Personil penunjang)
 Sarana prasarana 
 Anggaran / pembiayaan 
B. Prosedur Khusus
 Tahapan pelayanan
a. Tahap pendekatan awal b. Tahap pelayanan dalam panti
1. Orientasi dan Konsultasi 1. Registrasi 
2. Motivasi dan Seleksi 2. Pengasramaan 
3. Pemanggilan 3. Permakanan 
  4. Kesehatan 
  5.Tahap bimbingan pemecahan masalah
 Tahap bimbingan
a) Bimbingan Fisik 
b) Bimbingan Sosial 
c) Bimbingan Mental
d) Bimbingan Ketrampilan 
e) Bimbingan Akademik 
 Indicator keberhasilan
1. Mampu melaksanakan ibadah sesuai dengan agamanya 
2. Mampu menyesuaikan dan menempatkan diri 
3. Disiplin dan bertanggungjawab 
4. Sopan santun/ beretika 
5. Memahami dan mengerti tentang pola hidup sehat 
6. Mampu menghindari pengaruh negatif 
7. Aktif dan dinamis 
8. Rajin belajar 
9. Konsentrasi belajar meningkat 
10. Bersemangat 
11. Menghargai waktu 
12. Kemampuan relasi sosial meningkat 
 Penyaluran dan pembinaan lanjut
1. Penyaluran 
2. Pembinaan lanjut 
3. Monitoring ex tetirah 

Diskripsi Klien 
 Riwayat hidup klien
o Identitas Klien
Nama Klien : Abdul Kodir
Umur : 10 tahun
 Sekolah/kelas : SD N Kota Lama 5/IV 
A g a m a : Islam 
Jenis Kelamin : Laki-laki

o Identitas Orang Tua
1. Nama Ayah : Misjar
 Umur : 40 tahun
A l Pendidikan : SMP
 Pekerjaan : Buruh pembuat es batu  
2. Nama Ibu : Khotijah
Umur : 38 tahun  
 Pendidikan : Sekolah dasar
 Pekerjaan : Buruh pabrik
 Keagamaan 
  Klien beragama Islam, klien kadang-kadang sholat, perhatian orangtua terhadap kegiatan keagaman klien kurang. Dirumah klien mengaji satu minggu empat kali. Kegiatan keagamaan di masyarakat yaitu tahlilan dan diba’iyah.

 Lingkungan Sosial
  Atap rumah klien terbuat dari genteng, rumah terbuat dari tembok, sedangkan lantainya plesteran. Lingkungan sekitar klien penduduknya bekerja sebagai pedagang. Teman bermain klien adalah yang lebih besar. Rumah klien dekat dengan pertokoan dan masjid. Klien suka bermain PS di dekat rumahnya. 

 Sekolah
  Klien tidak pernah tidak naik kelas. Pelajaran yang disenangi adalah bahasa Inggris sedangkan pelajaran yang tidak disukai adalah matematika. Uang saku klien sehari-hari Rp.2.000,00. Jarak dari rumah ke sekolah dekat. Guru yang disenangi adalah Pak Sumarsono sedangkan guru yang tidak disukai adalah bu Sunarsih. 

 Kesehatan 
  Klien lahir secara normal. Proses kelahiran dibantu oleh bidan. Berat badan klien 22 kg sedangkan tinggi badan 125 cm. Pemenuhan kebutuhan MCK menggunakan air PDAM. Bentuk muka klien lonjong, warna kulit sawo matang, bentuk rambut hitam dan lurus.

 Latar belakang klien masuk panti
Pekerjaan orang tua klien yang sangat sibuk, membuat klien jarang bertemu dengan orang tuanya, orang tuanya pun tidak perhatian dengan klien, akibatnya apa saja yang dilakukan klien tidak pernah dikontrol oleh orang tua, sehingga dia menjadi anak yang agresif. Akan tetapi perilaku klien yang agresif tidak sesuai dengan tidak bereaninya klien menatap wajah orang lain ketika klien diajak berkomunikasi, apalagi dengan orang yang baru dikenal. Dengan sikap dan perilakunya yang seperti itu pihak sekolah mengirimnya PSPA Bima sakti Batu.

PEMBAHASAN

Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dengan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup. Jadi, jika seseorang tidak dapat menyesuaikan dirinya dimana dia tinggal maka orang tersebut mengalami gangguan dalam kesehatan mental. Sama halnya dengan klien diatas, dia mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dilingkungan barunya.
Dalam diri orang yang tidak sehat mentalnya terdapat beberapa gangguan yang diantara gangguan perasaan. Gangguan persasaan disebabkan oleh munculnya perasaan sebagai berikut:
 Rasa cemas dan gelisah, yakni perasaan yang tidak menentu atau panic. Klien sering mengalami hal ini, rasa cemas ini sering nampak ketika klien disuruh untuk memimpin dalam satu kelompok, selain itu juga terlihat ketika klien mendapat giliran untuk maju kedepan kelas.
 Iri hati yaitu seseorang yang tidak bisa merasakan kebahagiaan hidup. Klien terlihat iri hati ketika semua anak yang ada dipanti dikunjungi oleh orang tuanya akan tetapi klien tidak dikunjungi oleh orang tua.
 Rasa sedih, seseorang ini selalu merasakan kesedihan yang dialaminya dan tidak mau bangkit dari kesedihannya itu. Hal ini juga dirasakan klien akan tetapi klien tidak selalu merasa sedih, hanya saja saat dia melihat temannya yang sangat diperhatikan orang tuanya dia terdiam dan menangis. 
 Rasa rendah diri dan hilangnya kepercayaan kepada diri. Rasa rendah diri ini membuat orang lekas tersinggung karena itu ia akan menjauhi pergaulan dengan orang banyak menyendiri tidak berani mengemukakan pendapat tidak berani bertindak atau mengambil inisiatif. Dalam pergaulan orang yang rendah diri akan kaku, kurang disenangi teman-temannya, mudah tersinggung dan tidak banyak ikut aktif dalam pergaulan dan pekerjaan. Klien ini sulit untuk berinteraksi karena dia merasa ada yang kurang dalam dirinya, saat klien berinteraksi dengan orang lain dia tidak pernah berani memandang mata lawan bicaranya. 
 Marah adalah ungkapan dari rasa hati yang tidak enak akibat keinginan yang tidak dapat dicapainya. 
Selain gangguan perasaan juga ada pengaruh kesehatan mental terhadap kelakuan yaitu ketidaktentraman hati atau kurang sehatnya mental yang mempengaruhi perilaku dan tindakan seseorang. Seseorang yang merasa tertekan gelisah akan mengatasi perasaan yang tidak enak itu dengan dengan jalan mengungkapkannya keluar. Dengan adanya gangguan perasaan yang dialami oleh klien, sering kali Nampak pada sikap klien yaitu klien suka menyendiri, selalu membantah perintah, lamban dalam melaksanakan tugas, tidak bertangguang jawab dengan dirinya sendiri, dan sebagainya. 

Penyesuaian Diri 
Gangguan jiwa (neurose) dan penyakit jiwa (psychose) disebabkan seseorang tidak mampu dalam menghadapi masalah-masalahnya dengan wajar, serta tidak sanggup menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri adalah sebagai berikut:
 Frustrasi 
Adalah suatu proses yang menyebabkan seseorang merasa ada hambatan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, atau menyangka bahwa akan terjadi sesuatu hal yang menghalangi keinginannya. 
Orang yang frustrasi dalam mencari kepuasan sering kali berangan-angan menjadi orang kaya, jutawan, atau hal yang diinginkan sehingga mereka dapat mengatasinya. Dengan demikian kepercayaan diri sendiri itu ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang dilalui sejak kecil. 

 Konflik 
Adalah terdapatnya dua macam dorongan atau lebih yang berlainan atau bertentangan satu sama lain, dan tidak mungkin dipenuhi dalam waktu yang sama. 
 Kecemasan (anxiety)
Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaandan pertentangan batin. Menurut Darajat (1996) ada beberapa cara untuk menghilangkan ketegangan batin yaitu dengan cara menghilangkan sebab-sebabnya, adapun cara-cara tersebut antara lain:
- Pembelaan
Adalah usaha yang dilakukan untuk mencari alasan-alasan yang masuk akal bagi tindakan yang sesungguhnya tidak masuk akal. Dalam pembelaan ini sering dilakukan klien ketika dia tidak melaksanakan tugas, dia selalu beralasan sudah melakukan tugasnya, atau lupa melaksanakan tugas, dan lain-lain.
- Proyeksi
Adalah melimpahkan sesuatu yang dialami dirinya kepada orang lain, terutama tindakan, fikiran, atau dorongan-dorongan yang tidak masuk akal. 
- Identifikasi
Adalah orang lain ikut merasakan sebagian dari tindakan atau sukses yang dicapai oleh seseorang. 
- Represi 
Adalah tekanan untuk melupakan hal-hal, dan keinginan-keinginan yang tidak disetujui oleh hati nuraninya, bisa dikatakan suatu usaha untuk memelihara diri supaya tidak merasakan dorongan-dorongan yang tidak sesuai dengan hatinya. Hal ini juga sering dialkuakn oleh klien, yaitu dengan menutupi dan menghilangkan semua keinginan yang ingin dicapai. 
- Substitusi
Adalah pembelaan diri yang paling baik diantara cara-cara yang tidak disadari dalam menghadapi kesukaran. Dalam substitusi orang melakukan sesuatu, karena tujuan-tujuan baik, yang berbeda sama sekali dari tujuan asli yang mudah dapat diterima, dan berusaha mencapai sukses dalam hal itu. 

Sikap orang tua terhadap anak juga akan mempengaruhi perilaku anak. Perlakuaan orang tua yang keras tidak banyak memperdulikan kepentingan anak, suka membandingkan dengan anak lain. Kurang percaya diri klien sangat dipengaruhi oleh sikap oarng tua, dari data yang diperoleh terbukti bahwa orang tua klien sangat kurang perhatian dengan klien, orang tuanya selalu sibuk dengan bekerja dan ketika orang tuanya dirumah hanya mengurus dan memperhatikan adik klien saja. Apapun yang dilakukan klien orang tua tidak pernah memberikan pujian saat klien melakukan kebaikan atau menegurnya ketika dia salah dalam melakukan sesuatu. Klien merasa nyaman ketika dia di sekolah karena banyak yang memperhatikannya dengan sikap agresifnya, akan tetapi ketika klien dimasukkan dalam panti sikap agresifnya itu baru muncul saat dia sudah mengenal semua teman barunya dipanti. 


KESIMPULAN

Vailant (1976) berpendapat bahwa kesehatan mental atau psikologis itu ”as the presence of successful adjustment or the absence of psychopatology”. Yakni orang yang sehat itu berada dalam keadaan sehat atau sakit psikisnya. Sehat jika tidak terdapat sedikitpun gangguan psikisnya, dan jika ada gangguan psikis maka diklasifikasikan sebgai orang yang sakit. 
Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dengan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup. Jadi, jika seseorang tidak dapat menyesuaikan dirinya dimana dia tinggal maka orang tersebut mengalami gangguan dalam kesehatan mental. Sama halnya dengan klien diatas, dia mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dilingkungan barunya.
Penyesuaian diri.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri adalah sebagai berikut:
 Frustrasi 
 Konflik 
 Kecemasan
Sikap orang tua terhadap anak juga akan mempengaruhi perilaku anak. Perlakuan orang tua yang keras tidak banyak memperdulikan kepentingan anak, suka membandingkan dengan anak lain.


DAFTAR PUSTAKA

Tristiadi Ardi Ardani. 1999. Hand Out Kesehatan Mental. Malang:____
Moeljono N & Latipun. 1999. Kesehatan Mental. Malang: UMM Press.
_____. Profil Panti Sosial Petirahan Anak Bima Sakti Batu.____

1 komentar:

  1. Setelah Anda mengetahui kasus Klien Anda, lalu apa rencana tindakan dan langkah-langkah konkrit untuk memperbaiki kasus klien Anda ?
    Terima kasih dan mohon maaf jika ada salah kata.

    BalasHapus