Jumat, 22 Januari 2010

INSECTA PHOBIA


INSECTA PHOBIA

oleh

Indah Nur Qori’ah (05410020)
Meirina Ramdhani (05410060)
Fitriyana Fauziah (05410078)

BAB I
PENDAHULUAN

1. Identitas Observee
 Subyek yang diobservasi : Mahasiswa UIN Malang
 Alamat : Jl. Sumber Sari gang 1C No:43.

2. Tujuan Observasi
Tujuan dilakukan observasi ini adalh untuk mengetahui sejauh mana ketakutan seseorang (phobia) terhadap insecta.

3. Latar Belakang
Phobia merupakan rasa takut yang berlebih-lebihan dan berkepanjangan karena rasa takut yang sangat tidak rasional. Phobia kebanyakan dialami oleh perempuan meskipun para laki-laki pun juga ada yang mengalami phobia. Banyak sekali jenis dari phobia, diantaranya: Acrophobia / Hypsophobia; Ketakutan pada tempat yang tinggi, Antlophobia; Ketakutan pada sungai, banjir atau air yang mengalir, Amaxophobia; Ketakutan berkendaraan, Agyophobia: Ketakutan akan jalan yang ramai dan cenderung takut untuk menyeberang, Hydrophobia / Iyssophobia: Takut pada air, insectaphobia; takut pada insecta. 
Biasanya orang yang menderita phobia, ketika dia menemukan atau berjumpa dengan hal yang ditakutinya maka akan berteriak sekeras mungkin, berlari, mencari perlindungan kepada orang lain, menangis, bahkan ada juga yang pingsan.
Phobia dapat disembuhkan dengan beberapa cara, diantaranya adalah terapi. Begitu banyak orang yang menderita phobia. Maka dianggap perlu oleh observer untuk melakukan pengamatan terhadap insecta phobia yang dialami oleh Mahasiswa terutama mahasiswa perempuan.


BAB II
LANDASAN TEORITIS

Phobia berasal dari bahasa Yunani “phobos”, yang berarti obyek atau situasi yang ditakuti (dari nama dewa Yunani yang menakutkan musuh-musuhnya). Phobia adalah ketakutan yang berlebih-lebihan terhadap benda-benda atau situasi-situasi tertentu yang seringkali tidak beralasan dan tidak berdasar pada kenyataan. Menurut (Kaplan, Sadock, dan Grebb, 1994) adalah ketakutan irasional yang menimbulkan upaya menghindar (secara sadar) dari obyek, aktivitas, atau situasi yang ditakuti. Keberadaan dan antisipasi terhadap hal yang ditakuti ini menimbulkan stress pada individu, karena dianggap sebagai hal yang berlebihan. Selain itu reaksi phobia juga mengganggu kemampuan individu tersebut untuk berfungsi dalam kehidupan.
Walaupun ada ratusan macam phobia tetapi pada dasarnya phobia-phobia tersebut merupakan bagian dari 3 jenis phobia, yang menurut buku DSM IV ketiga jenis phobia itu adalah:
• Phobia Spesifik
Berarti ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau antisipasi terhadap obyek atau situasi yang spesifik (Davinson & Neale, 2001). Jenis phobia menurut DSM IV dibagi menjadi:
- Tipe phobia terhadap binatang (misalnya: kecoa, cacing, ulat, cicak, dll).
- Tipe lingkungan alam (misalnya: ketinggian, air, kilat, dll).
- Tipe phobia terhadap darah, suntikan, atau luka.
- Tipe situasional (misalnya: ketika berada dalam psawat, lift, tempat tertutup).
- Tipe lainnya (misalnya: ketakutan terhadap kostum karakter tertentu pada anak-anak).

• Phobia Sosial
Adalah ketakutan yang tidak rasional dan menetap, biasanya berhubungan dengan kehadiran orang lain, individu menghindari situasi dimana ia mungkin dievaluasi atau dikritik, yang membuatnya merasa terhina atau dipermalukan, dan menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau menampilkan perilaku lain yang memalukan (Kaplan, Sadock, dan Grebb, 1994; Davison&Neale, 2001). Phobia sosial mungkin bersifat spesifik atau umum, tergantung situasi yang ditakuti atau dihindari. 
• Agoraphobia - takut kepada tempat terbuka (Claustrophobia - takut kepada tempat tertutup, masuk ke dalam specific phobia) 
Phobia dapat disebabkan oleh berbagai macam hal. Pada umumnya phobia disebabkan karena pernah mengalami ketakutan yang hebat atau pengalaman pribadi yang disertai perasaan malu atau bersalah yang semuanya kemudian ditekan kedalam alam bawah sadar. Peristiwa traumatis di masa kecil dianggap sebagai salah satu kemungkinan penyebab terjadinya phobia. 
Martin Seligman di dalam teorinya yang dikenal dengan istilah biological preparedness mengatakan ketakutan yang menjangkiti tergantung dari relevansinya sang stimulus terhadap nenek moyang atau sejarah evolusi manusia, atau dengan kata lain ketakutan tersebut disebabkan oleh faktor keturunan. Misalnya, mereka yang takut kepada beruang, nenek moyangnya pada waktu masih hidup di dalam gua, pernah diterkam dan hampir dimakan beruang, tapi selamat, sehingga dapat menghasilkan kita sebagai keturunannya. Seligman berkata bahwa kita sudah disiapkan oleh sejarah evolusi kita untuk takut terhadap sesuatu yang dapat mengancam survival kita. 
Pada kasus phobia yang lebih parah, gejala anxiety neurosa menyertai penderita tersebut. Penderita akan terus menerus dalam keadaan phobia walaupun tidak ada rangsangan yang spesifik. Selalu ada saja yang membuat phobianya timbul kembali, misalnya thanatophobia (takut mati), dll. 

Ada beberapa cara untuk penyembuhan phobia: 
1. Hypnotheraphy: Penderita phobia diberi sugesti-sugesti untuk menghilangkan phobia. 
2. Flooding: Exposure Treatment yang ekstrim. Penderita phobia yang takut kepada anjing (cynophobia), dimasukkan ke dalam ruangan dengan beberapa ekor anjing jinak, sampai ia tidak ketakutan lagi. 
3. Dilakukan exposure bersifat ringan. Penderita phobia yang takut akan anjing disuruh rileks dan membayangkan berada ditempat cagar alam yang indah dimana si penderita didatangi oleh anjing-anjing lucu dan jinak. 
4. Desensitisasi: Penderita phobia yang takut pada anjing dibiasakan terlebih dahulu untuk melihat gambar atau film tentang anjing, bila sudah dapat tenang baru kemudian dilanjutkan dengan melihat objek yang sesungguhnya dari jauh dan semakin dekat perlahan-lahan. Bila tidak ada halangan maka dapat dilanjutkan dengan memegang anjing dan bila phobia-nya hilang mereka akan dapat bermain-main dengan anjing. 
5. Reframing: Penderita phobia disuruh membayangkan kembali menuju masa lampau dimana permulaannya penderita mengalami phobia, ditempat itu dibentuk suatu manusia baru yang tidak takut lagi pada phobianya. 


BAB III 
PEDOMAN OBSERVASI

Metode pedoman yang digunakan dalam observasi ini adalah check list yang bertujuan untuk memudahkan observer dalam melakukan kegiatan observasi ini. Yang kemudian pedoman yang digunakan ini dianggap relevan jika menggunakan check list.
Penggunaan metode dalam melakukan observasi tentang phobia, dibawah ini adalah “Jenis insectaphobia”: 

No Subyek Phobia
  Cicak Kecoak Cacing Ulat
1 Ratna - - - √
2 Een √ - - √
3 Indah √ - - -
4 Nora √ √ - √
5 Novi √ √ √ √
6 Dzawin - √ - -













BAB IV
HASIL OBSERVASI

Tujuan dari hasil observasi ini adalah untuk menjawab yang telah menjadi pengamatan observer dari awal sampai selesai, dengan menggunakan alat check list dalam observasi diperoleh hasil sebagai berikut:
 Tempat : Jl. Sumber Sari gang 1C No: 43
 Hari/Tanggal : Minggu, 15 Juli 2007 
 Waktu : 11.30 – 13.00 WIB

Jenis Insectaphobia

No Subyek Phobia
  Cicak Kecoak Cacing Ulat
1 Ratna - - - √
2 Een √ - - √
3 Indah √ - - -
4 Nora √ √ - √
5 Novi √ √ √ √
6 Dzawin - √ - -











BAB V
KESIMPULAN

Phobia adalah ketakutan yang berlebih-lebihan terhadap benda-benda atau situasi-situasi tertentu yang seringkali tidak beralasan dan tidak berdasar pada kenyataan, biasanya disebabkan berbagai macam hal. Biasanya disebabkan karena pernah mengalami ketakutan yang hebat atau pengalaman pribadi yang disertai perasaan malu atau bersalah yang semuanya kemudian ditekan kedalam alam bawah sadar. Peristiwa traumatis di masa kecil dianggap sebagai salah satu kemungkinan penyebab terjadinya phobia. Banyak sekali jenis phobia, yang pada observasi ini tertuju pada insectaphobia yaitu ketakutan pada insecta, diantaranya: kecoa, cacing, cicak, ulat, dll. 
Seseorang yang menderita phobia akan berteriak, berlari, mencari perlindunga, menangis, bahkan pingsan ketika dihadapkan oleh hal yang dia takuti. Mungkin phobia dianggap gangguan yang biasanya, akan tetapi banyak cara yang ditawarkan untuk menyembuhkan phobia tersebut, diantaranya:
- Hypnotheraphy: Penderita phobia diberi sugesti-sugesti untuk menghilangkan phobia. 
- Flooding: Exposure Treatment yang ekstrim.. 
- Dilakukan exposure bersifat ringan.
- Desensitisasi: membiasakan subyek untuk melihat gambar atau film yang berkaitan dengan hal yang ditakutinya, dilanjutkan dengan melihat obyek yang sesungguhnya dari kejauhan dan sedikit demi sedikit didekatkan, dan jika berhasil bisa dilanjutkan dengan memegangnya. 
- Reframing: Penderita phobia disuruh membayangkan kembali menuju masa lampau dimana permulaannya penderita mengalami phobia, ditempat itu dibentuk suatu manusia baru yang tidak takut lagi pada phobianya. 



DAFTAR PUSTAKA

Fausiah, Fitri. Julianti Widury. 2005. PSIKOLOGI ABNORMAL Klinis Remaja. Jakarta: UI-Press.
http://www.tabloidnova.com/articles.asp?id=9562
http://indonesia.heartnsouls.com/cerita/k/c1006.shtml



Tidak ada komentar:

Posting Komentar